Shalih lahir dan tumbuh di lingkungan kaum Tsamud, kaum yang diyakini
sebagai keturunan kaum Ad. Mereka tinggal di wilayah Hijir yang kini berada
di wilayah Saudi Arabia. Sebagaimana kaum Ad, orang-orang Tsamud hidup
berkecukupan. Mereka juga bermewah-mewah serta menyembah berhala.
Shalih mencoba mengingatkan mereka. Hinaan yang malah diperolehnya.
Apalagi Shalih tak seperti Hud di masa kaum Ad yang berasal dari keluarga
terpandang. Shalih datang dari keluarga miskin. Kaum Tsamud menantang
Shalih untuk menunjukkan bukti sekiranya ia "seorang yang benar". Atas izin
Allah, Shalih pun menunjukkan bukti mukjizat.
Tafsir Quran menyebut bahwa mukjizat itu berupa seekor unta betina yang
keluar dari batu besar setelah Shalih memukulkan telapak tangannya. Pada
kaumnya, Shalih mengingatkan agar unta itu jangan diganggu. Terutama saat
unta itu minum air di telaga. Mereka diizinkan memerah susu unta itu untuk
kebutuhannya sendiri.
Kalangan miskin bergirang hati. Mereka terus memerah susu unta yang
seperti tiada habisnya itu. Hal yang membuat Shalih semakin berpengaruh di
masyarakat. Beberapa kalangan terkemuka terus melancarkan tekanan pada
Shalih. Sembilan orang pemuda paling terpandang di masyarakat ditugasi
membunuh unta itu. Mereka dipimpin oleh Qudar bin Salaf. Mereka
menantang Shalih untuk membuktikan bahwa Tuhan akan mengirim azab.
Shalih mengatakan bahwa azab akan datang setelah tiga hari. Benar, pada
hari ketiga langit menjadi gelap. Kaum Tsamud binasa oleh sambaran petir,
serta tertimpa reruntuhan rumahnya sendiri yang diguncang gempa. Shalih
dan pengikutnya disebut-sebut pindah ke daerah Ramalah, Palestina.
Sedangkan kisah unta betina itu memberi pelajaran kuat bahwa keimanan
tidak cukup dapat dijelaskan hanya dengan rasionalitas.
0 komentar:
Posting Komentar